KABARSEMBADA.COM, JAKARTA – Hasil pahit harus diterima PSS Sleman usai laga panas melawan Persija Jakarta pada 17 Mei 2025. Komisi Disiplin (Komdis) PSSI resmi menjatuhkan sanksi berat kepada tim Super Elja, buntut dari berbagai insiden yang terjadi selama pertandingan yang digelar di kandang mereka tersebut.
Dalam hasil sidang yang dirilis Komdis PSSI pada Senin (26/5/2025), PSS Sleman dijatuhi larangan menggelar dua pertandingan kandang dengan penonton pada musim kompetisi Liga 2 2025/2026, menyusul kepastian mereka terdegradasi dari Liga 1. Tak hanya itu, klub juga harus membayar denda sebesar Rp270 juta.
Komdis PSSI merinci sederet pelanggaran yang menjadi dasar hukuman ini. Mulai dari pelemparan botol air, penyalaan flare dan petasan dalam jumlah besar, hingga kerusuhan di luar stadion yang menyebabkan sejumlah penonton mengalami sesak napas dan harus mendapat perawatan medis hingga dirujuk ke rumah sakit.
Tak berhenti di situ, keributan antar suporter di luar stadion juga menciptakan kekacauan yang menyebabkan adanya korban luka.
“Terjadi pelemparan kemasan air minum, smoke bomb mengenai perangkat pertandingan, flare dan petasan menyebabkan penonton sesak napas. Terjadi keributan di luar stadion yang mengakibatkan korban luka,” tulis Komdis dalam rilis resminya yang dikutip, Rabu (28/5/2025).
Tak hanya klub, panitia pelaksana (panpel) PSS Sleman pun turut disanksi. Mereka dianggap lalai dalam mengantisipasi kehadiran suporter tim tamu, yakni Persija Jakarta. Atas kelalaian ini, panpel dikenai denda sebesar Rp25 juta.
Selain itu, Komdis juga menjatuhkan teguran keras kepada manajemen PSS karena adanya spanduk bernada provokatif yang dibentangkan oleh penonton saat laga berlangsung.
“Jenis pelanggaran: pemasangan spanduk bertuliskan pesan provokatif yang dilakukan oleh penonton PSS Sleman. Hukuman: teguran keras,” demikian bunyi keterangan Komdis.
Dengan hukuman ini, PSS Sleman harus memulai musim barunya di Liga 2 dengan tekanan tambahan. Tak hanya harus bangkit dari degradasi, mereka juga harus menghadapi laga-laga awal tanpa dukungan langsung dari Brajamusti, kelompok suporter fanatik mereka. (*)
Tinggalkan Balasan