Wali Kota Yogyakarta Korbankan Mobil Dinas Demi Sepatu Petugas Sampah! Netizen: Respek Pak Hasto!

KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Pemerintah Kota Yogyakarta melibatkan perguruan tinggi sebagai mitra strategis dalam gerakan penanganan sampah berbasis edukasi dan perubahan perilaku masyarakat. Langkah ini digagas langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah yang selama ini dianggap tidak cukup jika hanya ditangani secara teknis.

“Kunci utama bukan di teknis, tapi di perilaku. Dan edukasi adalah kuncinya. Di sinilah peran kampus-kampus kita sangat dibutuhkan,” tegas Hasto di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (10/4/2025).

Sampah: Masalah Sosial, Bukan Sekadar Teknis

Hasto menekankan bahwa produsen sampah, yakni masyarakat, menjadi titik awal penyelesaian masalah ini. Karena itu, ia mendorong kampus untuk turun langsung ke masyarakat melalui program KKN, magang, dan edukasi lingkungan, dengan fokus pada 169 kampung yang tersebar di Yogyakarta.

“Mahasiswa bisa membantu membangun kesadaran bersama untuk memilah sampah dari rumah. Pendekatan ini harus dilakukan dari hulu, bukan hanya menunggu sampah sampai ke depo,” papar mantan Bupati Kulonprogo ini.

Selama satu bulan terakhir, Pemkot Yogyakarta telah mengangkut lebih dari 3.100 ton sampah dari puluhan depo besar. Kini, sekitar 90% wilayah kota telah terkendali, dan hanya menyisakan beberapa titik kecil.

“Target kami, minggu depan bersih semua. Dua minggu ke depan, Kota Yogyakarta hanya akan mengelola sampah harian (fresh waste),” ungkap Hasto yang pernah menjabat sebagai kepala BKKBN.

Walikota Hasto menambahkan, pola distribusi sampah mulai diubah. Warga tidak lagi membuang sampah langsung ke depo, melainkan melalui sistem kolektif menggunakan jasa penggerobak.

Jogja Menuju “Little Singapore” Versi Kota Pendidikan

Dalam jangka panjang, Hasto membayangkan Yogyakarta bisa menjadi “Little Singapore” versi Indonesia, bukan karena ekonomi atau gedung-gedungnya, tapi karena kedisiplinan dan kesadaran lingkungannya.

“Kami ingin Jogja menjadi contoh kota yang rapi, tertib, dan bersih karena budaya sadar lingkungan. Sebagai kota pelajar, ini sangat mungkin,” tandas Hasto dengan penuh optimis.

Hasto menyebut bahwa pendekatan intergenerasional yang melibatkan mahasiswa dan warga lanjut usia di kampung-kampung bisa menjadi kekuatan utama dalam menciptakan budaya baru soal sampah.

Anggaran Mobil Digeser Demi Sepatu Petugas Sampah

Tak hanya berhenti di edukasi, Hasto juga mengungkapkan rencana mengalihkan anggaran pengadaan mobil dinas wali kota dan wakil wali kota, untuk memenuhi kebutuhan kerja para petugas lapangan.

“Kami akan fokus ke yang benar-benar dibutuhkan. Seperti sepatu, seragam, dan alat kerja lainnya. Rencananya direalisasikan sekitar Juli–Agustus,” jelas Hasto.

Pemkot Yogyakarta juga tengah menata ulang jadwal pengangkutan sampah, agar lebih merata dan efisien. Penambahan jumlah armada truk menjadi prioritas, seiring dengan peningkatan volume sampah yang ditangani tiap harinya.

Langkah-langkah tersebut akan diperkuat dengan pengembangan sistem kelembagaan dan infrastruktur penunjang, melalui skema refocusing dan reproducing program, agar pengelolaan sampah tak hanya jadi proyek sesaat, tapi solusi berkelanjutan. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *