KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Pemerintah Kota Yogyakarta bersama masyarakat Kelurahan Wirogunan resmi meluncurkan produk kuliner khas, Wajik Wirogunan, pada Selasa (11/3/2025). Peluncuran ini dihadiri langsung oleh Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, yang mengapresiasi inovasi masyarakat dalam meningkatkan daya saing produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di kota budaya ini.
Wajik Wirogunan dipilih sebagai ikon kuliner lokal karena memiliki makna filosofi yang dalam, yaitu merekatkan persatuan serta mengacu pada konsep 5K dalam program Gandeng Gendong yang digagas Pemkot Yogyakarta. Produk ini dikemas secara modern sehingga cocok sebagai oleh-oleh khas dari Yogyakarta.
“Kami sangat mengapresiasi semangat masyarakat Wirogunan yang telah berinovasi menghadirkan produk ini. Kemasan sudah cukup bagus dan menarik, tinggal bagaimana kita membantu pemasarannya agar lebih dikenal luas,” kata Wawan Harmawan usai menghadiri peluncuran
Wajik Wirogunan dan Bazar Ramadan.
Lebih lanjut, Wawan menegaskan bahwa Pemkot Yogyakarta siap membantu pemasaran produk ini, termasuk untuk konsumsi dalam berbagai acara resmi di Balai Kota Yogyakarta.
“Kami akan upayakan Wajik Wirogunan menjadi salah satu ikon kuliner Yogyakarta,” tambah Wawan.
Ajang Promosi Produk Lokal
Selain peluncuran Wajik Wirogunan, acara tersebut juga dirangkaikan dengan pembukaan Bazar Ramadan Wirogunan yang berlangsung di halaman eks Hotel Wisanti, Jalan Tamansiswa, pada 11-13 Maret 2025. Bazar ini menghadirkan sekitar 30 stan UMKM lokal, yang menjual beragam produk kuliner dan fesyen.
Wawan Harmawan mengajak masyarakat untuk mendukung UMKM dengan membeli produk lokal. “Mari kita gunakan dan konsumsi produk buatan warga sendiri. Ini cara kita bersama menggerakkan ekonomi lokal,” tandas Wawan.
Dukungan Penuh untuk UMKM Lokal
Lurah Wirogunan, Siti Mahmudah Setyaningsih, menjelaskan bahwa Wajik Wirogunan merupakan implementasi dari program Gandeng Gendong, yang melibatkan lima unsur utama (5K) dalam pengembangannya:
- Kampus, berperan dalam mendesain logo dan kemasan produk.
- Komunitas, berperan dalam proses produksi Wajik Wirogunan.
- Korporasi, berperan dalam mendukung pemasaran melalui toko oleh-oleh dan gerai kuliner.
- Kelurahan, bertindak sebagai fasilitator utama dalam pengembangan produk.
- Kota, melalui Pemerintah Kota Yogyakarta yang memberikan dukungan penuh terhadap program ini.
“Kami memilih wajik karena memiliki makna mendalam, yakni merekatkan kebersamaan warga. Selain itu, warna hijau dan kuning yang digunakan melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat Wirogunan,” jelas Mahmudah.
Wajik Wirogunan memiliki daya tahan sekitar lima hari pada suhu ruangan, sehingga sangat cocok sebagai oleh-oleh khas bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
Salah satu pengunjung bazar, Dewi, 34 tahun, warga Baciro, mengungkapkan bahwa dirinya tertarik dengan konsep unik Wajik Wirogunan. “Kemasan modern, rasanya juga enak. Cocok banget buat oleh-oleh,” kata Dewi.
Bazar Ramadan ini diharapkan mampu memberikan ruang bagi pelaku UMKM untuk mempromosikan produknya sekaligus menggerakkan roda perekonomian lokal. Dengan berbagai inovasi ini, Wajik Wirogunan diharapkan bisa menjadi produk unggulan dan ikon baru kuliner khas Kota Yogyakarta. (*)
Tinggalkan Balasan