kabarsembada.com – Warga Kapanewon Gamping menggelar Upacara Adat Suran Mbah Demang yang diselenggarakan pada 7 Sura atau malam hari jelang 8 Sura yakni pada Sabtu, (13/7) di Kalurahan Banyuraden.
Ada beragam rangkaian prosesi dalam Upacara Adat Suran Mbah Demang. Di antaranya, menyebar ‘udik-udik’ serta melepas merpati putih.
Selanjutnya dilanjutkan dengan prosesi kirab pusaka, kitab dan bendhe menggunakan andong dimulai dari halaman Kantor Kalurahan Banyuraden menuju Rumah Tabon Ki Demang Cokrodikromo di Modinan.
Kirab tahun ini dimeriahkan 7 kelompok bregada dari seluruh Padukuhan dan 8 kelompok kesenian serta ogoh-ogoh.
Lurah Banyuraden, Sudarisman menyampaikan Upacara Adat Suran Mbah Demang merupakan upaya untuk melestarikan peninggalan dan tradisi leluhur. Selain itu, nilai luhur yang diwariskan Ki Demang Cokrodikromo dapat diimplementasikan di kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
“Masyarakat Banyuradan dapat meneladani nilai luhur yang diwariskan Ki Demang. Melalui Upacara Adat ini juga bisa menjadi pengingat bagi masyarakat Banyuraden dan sekitarnya akan tradisi leluhur yang harus dilestarikan,” jelasnya.
Lebih lanjut, dengan nguri-uri kebudayaan dan tradisi leluhur ini kedepannya juga dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda akan pentingnya melestarikan adat istiadat dan seni tradisi di Kabupaten Sleman.
Dia berharap upacara adat ini dapat lebih dikenal masyarakat luas bahkan mancanegara sebagai upacara adat yang berasal dari Kabupaten Sleman.
“Saya berharap upacara adat Suran Mbah Demang dapat dikenal oleh masyarakat luas bahkan mancanegara sebagai upacara adat yang berasal dari Kabupaten Sleman. Tujuannya tentu menunjukan bahwa di Sleman masih memiliki kekayaan budaya, tradisi dan adat yang terus dilestarikan,” kata Sudarisman.
Upacara adat tahun ini mengusung tema Hambuka Marga Banyuraden Mandiri Budaya. Menurutnya, Upacara adat ini untuk mengenang ketokohan Ki Demang sekaligus menampilkan potensi kesenian budaya di Banyuraden.
Dalam prosesi kirab di Rumah Tabon Ki Demang, dilakukan serah terima pusaka, kitab dan bendhe oleh Lurah Banyuraden kepada perwakilan keluarga dan keturunan Ki Demang Cokrodikromo.
Ribuan masyarakat hadir menyaksikan di sepanjang jalur kirab dan ditutup dengan memperebutkan gunungan yang telah dikirab menuju Rumah Tabon Ki Demang.