KABARSEMBADA.COM, BANTUL – Komitmen Kabupaten Bantul dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian kembali ditegaskan lewat peringatan Hari Ulang Tahun ke-12 Gerakan Irigasi Bersih – Merti Tirta Amartani (GIB-MTA) yang digelar di Aula Kalurahan Potorono, Banguntapan.
Momentum ini menjadi ajang refleksi sekaligus penguatan kolaborasi antar petani, pemerintah, dan masyarakat dalam mengelola sumber daya air untuk pertanian secara berkelanjutan.
Kegiatan ini diwarnai dengan aksi simbolis penuh makna, mulai dari pelepasan ikan, pemecahan kendi, hingga pembukaan pintu air (gejlik) oleh Bupati Bantul, yang menjadi simbol pembuka arus kehidupan bagi petani.
Ketua penyelenggara, Yitno, menegaskan bahwa keberhasilan pertanian tak lepas dari sistem irigasi yang bersih dan berfungsi baik.
“Irigasi bersih menjadi tulang punggung pertanian di Bantul. Saat ini cakupan layanan irigasi sudah mencapai 8.634 hektar dengan tingkat kecukupan air 77 persen, artinya lahan-lahan yang sebelumnya kering kini tetap bisa produktif,” ujar Yitno dalam siaran pers, Rabu (4/6/2025).
Yitno juga menyampaikan pentingnya menjaga keberlangsungan air irigasi sebagai bagian dari kedaulatan pangan lokal dan ketahanan pertanian daerah, terutama menghadapi tantangan perubahan iklim dan alih fungsi lahan.
Dalam sambutannya, Bupati Bantul menekankan bahwa air sebagai sumber daya alam harus digunakan dengan prinsip kebersamaan dan gotong royong.
“Air adalah milik negara, dan penggunaannya harus sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Maka, mari kita kelola air ini bersama untuk mendukung pertanian di Bantul,” ujar Bupati Halim.
Halim juga menyebutkan bahwa meskipun luas lahan pertanian terus menyusut dan kini tersisa sekitar 14.000 hektar, produktivitas tetap terjaga. Hal itu berkat bantuan pemerintah berupa alat dan mesin pertanian (alsintan), pupuk subsidi, dan bahkan pembebasan PBB untuk lahan pertanian.
Lebih lanjut, Bupati Halim mengungkapkan bahwa Pemkab Bantul tengah merancang kebijakan strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Salah satunya dengan mendorong gabungan kelompok tani (Gapoktan) untuk memproduksi pupuk organik sendiri.
“Dinas Pertanian telah merancang skemanya, dan dari sisi permodalan akan kami bantu. Ini penting agar petani lebih mandiri dan tanah tetap subur jangka panjang,” tegas Halim.
Workshop yang digelar dalam peringatan HUT GIB-MTA ini menjadi ruang penting untuk menyatukan visi dan langkah antara pemerintah, petani, dan masyarakat. Tujuannya adalah menjaga keberlanjutan sumber air, memperkuat ketahanan pangan, serta menciptakan pertanian yang adaptif dan tangguh di tengah ancaman perubahan iklim. (*)
Tinggalkan Balasan