KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus berinovasi dalam pengembangan sektor pariwisata. Melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Pemkab Sleman, mereka tengah merancang konsep wisata baru bertajuk Trail of Industrialisation yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan.
Kepala Bidang Pemasaran Dispar Pemkab Sleman, Kus Endarto, menjelaskan bahwa konsep ini akan diterapkan di tiga wilayah utama: Sleman Timur, Barat, dan Utara.
“Setiap wilayah memiliki potensi sejarah industrialisasi yang akan dikemas dalam narasi wisata yang menarik,” kata Kus Endarto, Kamis (27/3/2025).
Pengembangan wisata ini akan difokuskan pada berbagai titik peninggalan sejarah industri yang ada di Sleman:
- Sleman Timur mencakup Kapanewon Kalasan, Prambanan, dan Berbah. Ketiga wilayah ini memiliki kekayaan sejarah yang berkaitan dengan peradaban candi. Prambanan berbatasan dengan Klaten, sedangkan Berbah dekat dengan Bantul dan Kalasan bersebelahan dengan Depok.
- Sleman Barat meliputi Kapanewon Tempel, Seyegan, dan Minggir, dengan fokus pada potensi pertanian serta sistem irigasi Van Der Wick. Tempel berbatasan dengan Magelang, sementara Minggir bersebelahan dengan Kulon Progo.
- Sleman Utara terdiri dari Kapanewon Cangkringan dan Pakem. Wilayah ini akan menonjolkan sejarah penting, seperti peristiwa Komisi Tiga Negara (KTN) pada 1948. Rute wisata dimulai dari Museum Gunung Merapi dan terus ke atas.
Menurut Kus, pengembangan ini juga memperhitungkan dampak positif dari keberadaan exit tol di berbagai wilayah Sleman. Infrastruktur tersebut diharapkan mampu meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung dan menghidupkan ekonomi lokal berbasis potensi daerah.
Respon Pelaku Wisata: Peluang Besar bagi Ekonomi Lokal
Para pelaku wisata di Sleman menyambut positif inisiatif ini. Menurut Sigit, pemilik homestay di kawasan Prambanan, konsep Trail of Industrialisation akan membawa manfaat besar bagi pelaku usaha lokal.
“Konsep ini menarik karena memberikan pengalaman wisata berbasis sejarah industri, bukan hanya wisata alam atau budaya. Kami berharap ada sinergi antara pemerintah dan pelaku wisata dalam promosi serta peningkatan fasilitas pendukung,” ujar Sigit.
Hal senada disampaikan oleh Rina, pemandu wisata di kawasan Kaliurang. Ia menilai konsep ini sebagai peluang baru yang bisa dikemas dalam paket wisata edukatif.
“Wisata sejarah industri ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Yang penting, promosi harus masif dan fasilitas penunjang seperti transportasi serta papan informasi diperjelas,” kata Rina.
Kepala Dispar Pemkab Sleman, Ishadi Zayid, menegaskan bahwa pengembangan pariwisata ini akan berlandaskan konsep community-based tourism melalui penguatan desa wisata. Dengan adanya konsep ini, diharapkan wisatawan tidak hanya melintas tetapi juga tertarik untuk menetap lebih lama di Kabupaten Sleman.
“Kami ingin memastikan bahwa konsep ini tidak hanya menguntungkan sektor pariwisata tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar. Sinergi dengan komunitas lokal sangat diperlukan,” ujar Ishadi.
Dengan strategi ini, Pemkab Sleman semakin optimistis untuk menjadi destinasi unggulan di Yogyakarta yang mengusung keunikan sejarah industrialisasi, serta mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. (*)
Tinggalkan Balasan