Pemkab Sleman Dorong Pengembangan Batik dan Lurik Khas Lokal, Targetkan Pasar Lebih Luas

KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman tengah mendorong pengembangan batik dan lurik hasil karya pengrajin lokal agar dapat dikenal lebih luas, sekaligus memperkuat identitas daerah. Langkah ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan daya saing produk lokal dan memberdayakan ekonomi masyarakat.

Dorongan tersebut datang langsung dari Bupati Sleman, Harda Kiswaya yang mengamanatkan pengembangan motif-motif batik dan lurik khas Sleman baik yang sudah ada maupun hasil kreasi baru. Produk-produk tersebut sebagian besar telah melalui uji pasar dan terbukti mendapat sambutan positif dengan adanya pemesanan berulang (repeat order).

“Banyak pengrajin yang sebenarnya sudah memproduksi batik dan lurik dengan motif khas Sleman. Hanya saja selama ini belum banyak yang benar-benar diangkat ke permukaan untuk membawa nama daerah,” ujar Emmy Kurnia Budianti, perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, saat jumpa pers di ruang Sembada Pemkab Sleman, Rabu (30/4/2025).

Momen HUT Sleman Jadi Ajang Promosi

Perayaan Hari Ulang Tahun ke-109 Kabupaten Sleman akan dijadikan momen strategis untuk mempromosikan batik dan lurik lokal. Salah satu tujuannya adalah mengenalkan langsung para pengrajin kepada masyarakat. Saat ini, sebagian besar pembeli memperoleh produk melalui toko perantara, sehingga belum banyak yang tahu lokasi pengrajin secara langsung.

Langkah ini diharapkan dapat mempermudah masyarakat membeli langsung dari pengrajin, terutama mereka yang belum banyak mendapatkan pesanan. Selain itu, di tengah kondisi ekonomi yang masih menantang, dukungan semacam ini bisa menjadi dorongan nyata bagi pelaku UMKM.

Wacana ASN Wajib Gunakan Batik Sleman

Pemerintah daerah juga tengah mempertimbangkan untuk mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) mengenakan batik lokal dalam beberapa hari kerja tiap pekan. Saat ini kebijakan serupa sudah diterapkan satu kali dalam seminggu, namun rencana ke depan diarahkan agar frekuensinya ditambah.

“Ini bisa menjadi stimulus bagi pengrajin. Namun kami pastikan hanya motif yang benar-benar hasil karya dan produksi di wilayah Sleman yang akan digunakan,” imbuhnya.

Kebijakan ini sekaligus memastikan bahwa manfaat ekonomi dari produksi batik dan lurik akan kembali kepada masyarakat Sleman, mulai dari pengrajin hingga tenaga pemasar dan pelaku industri pendukung lainnya.

Data Jumlah Perajin Batik dan Lurik

Menurut Emmy Kurnia Budianti, Ketua Tim Kerja Pengembangan Usaha Industri Disperindag Sleman, saat ini terdapat sekitar 268 perajin batik di Sleman. Dari jumlah itu, 254 tergabung dalam Asosiasi Mukti Manunggal (MM), sedangkan 14 lainnya merupakan perajin mandiri. Produk yang dihasilkan berupa batik cap, batik tulis, dan kombinasi keduanya.

Untuk tenun lurik, terdapat sekitar 384 perajin yang didominasi oleh pembuat stagen (371 orang), sementara pengrajin lurik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) hanya berjumlah 13 orang. Sebagian besar dari mereka berada di wilayah Sleman Barat, seperti Minggir, Moyudan, dan sepanjang Jalan Kaliurang.

Tantangan Regenerasi Pengrajin Muda

Meski tenaga kerja di sektor batik dan lurik cukup banyak, jumlah pelaku usaha langsung masih didominasi oleh generasi tua. Regenerasi menjadi tantangan utama, karena minat anak muda terhadap industri ini masih rendah. Namun, pihak Disperindag optimistis bahwa dengan perluasan pasar dan inovasi produk, generasi muda akan mulai tertarik terlibat.

“Kita sekarang sudah masuk generasi beta, bukan alfa lagi. Jika peluang pasar diperluas, kami yakin generasi muda akan mulai masuk dan memberikan ide-ide segar untuk pengembangan batik dan lurik,” paparnya.

Diiharapkan, semangat ‘maju bersama’ dalam momen HUT Sleman ke-109 yang jatuh pada 15 Mei 2025 menjadi penggerak nyata bagi pelestarian budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal melalui industri kreatif tekstil. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *