Pameran Fotografi Mahasiswa ISI Yogyakarta Angkat Wajah Rakyat, Catat Tanggalnya

KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Di tengah era digital yang gemerlap warna dan kecepatan, sekelompok mahasiswa ISI Yogyakarta justru memilih jalan sunyi: mengabadikan kehidupan rakyat lewat lensa hitam putih. Melalui pameran fotografi analog bertajuk PROMISE 2025, mereka menantang zaman dan mengajak kita semua untuk kembali melihat bukan sekadar menonton.

Pameran ini digelar mulai 27 hingga 30 Mei 2025 di Gedung Fotografi Fakultas Seni Media Rekam (FSMR), ISI Yogyakarta, dan mengangkat tema “Merakjat”, sebuah tafsir visual tentang kehidupan rakyat yang nyaris luput dari sorotan kamera modern.

“Merakjat” bukan sekadar tema. Ia adalah sikap. Sebuah keinginan untuk mendekat pada realitas tanpa lapisan filter, tanpa drama warna. Hanya terang dan gelap, kontras dan tekstur, medium klasik yang dipilih untuk menyampaikan suara dan wajah masyarakat secara jujur.

Irwandi, salah satu kurator, menyebut karya-karya dalam PROMISE 2025 sebagai bentuk keberanian mahasiswa untuk membaca ulang realitas. “Lewat hitam putih, mereka belajar mendengar, merasakan, dan menyuarakan cerita yang sering tak terdengar,” kata Irwandi, Senin (26/5/2025).

Fotografi analog mungkin sudah jarang disentuh generasi digital. Tapi di ISI Yogyakarta, mata kuliah Fotografi Hitam Putih masih bertahan sebagai ruang pembelajaran penting — bukan hanya untuk teknik, tapi juga untuk membentuk karakter dan sensitivitas artistik mahasiswa.

“Ini bukan hanya pameran. Ini adalah ritual akademik, proses pembelajaran yang mengajak mahasiswa bersentuhan langsung dengan nilai-nilai dasar fotografi,” ujar Novan Jemmi Andrea, Ketua Jurusan Fotografi FSMR ISI Yogyakarta sekaligus salah satu kurator pameran.

Mulai dari proses pengambilan gambar, pencucian film, hingga cetak manual, mahasiswa terlibat penuh. Hasilnya? Karya yang tidak hanya kuat secara visual, tapi juga berlapis makna dan empati.

PROMISE 2025 juga menghadirkan sejumlah agenda yang mengajak publik ikut larut dalam dunia fotografi analog. Ada workshop teknik cetak tua, diskusi karya, dan sesi berbagi dengan komunitas KOPPI (Keluarga Old Photographic Processes ISI Yogyakarta) yang selama ini menjadi garda depan pelestarian praktik analog.

Luhur Budi Prasojo, ketua panitia, menegaskan bahwa pameran ini bukan hanya untuk menampilkan hasil, tetapi untuk menghidupkan diskusi dan jejaring. “Kami ingin publik juga ikut merasakan pengalaman visual yang berbeda – lebih lambat, tapi lebih dalam,” ujarnya.

Mengangkat tema “Merakjat”, PROMISE 2025 seperti membingkai kembali kehidupan sehari-hari. Anak kecil bermain di gang sempit, wajah ibu-ibu pasar yang penuh cerita, atau petani tua yang masih setia pada ladangnya – semua hadir dalam nuansa hitam putih yang menyentuh.

Setiap karya di pameran ini bukan sekadar dokumentasi, tapi refleksi sosial dan kritik halus tentang siapa yang kita sebut “rakyat” dan bagaimana mereka dipotret bukan sebagai objek eksotis, tetapi sebagai subjek yang punya suara.

PROMISE 2025 terbuka untuk publik, mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB, dengan pembukaan resmi pada 27 Mei pukul 16.00 WIB. Pameran ini didukung oleh TIMES Indonesia dan Kabar Sembada, dan menjadi bukti bahwa fotografi masih punya daya untuk menggerakkan empati dan membuka ruang dialog.

Lewat PROMISE 2025, ISI Yogyakarta tidak hanya menunjukkan eksistensi sebagai institusi seni, tetapi juga menghidupkan kembali peran fotografi sebagai alat perubahan sosial. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *