Museum Mbah Maridjan di Sleman, Tempat Wisata Gunung Merapi yang Penuh Haru dan Inspirasi

KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Kalau kamu sedang liburan ke Yogyakarta, jangan lewatkan mampir ke Museum Mbah Maridjan yang ada di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman. Tempat ini bukan cuma sekadar museum, tapi juga saksi bisu dari keberanian sosok legendaris Gunung Merapi: Mbah Maridjan, sang juru kunci yang sangat dihormati masyarakat.

Museum ini selalu bikin wisatawan terharu karena menyimpan kisah nyata tentang cinta tanah air, pengabdian, dan filosofi Jawa yang dalam.

Siapa Sebenarnya Mbah Maridjan?

Mbah Maridjan bukan tokoh biasa. Ia adalah juru kunci Gunung Merapi yang diangkat langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Semasa hidupnya, Mbah Maridjan dikenal setia menjaga adat istiadat dan menjadi simbol kearifan lokal di tengah ancaman letusan Merapi.

Namun, pada 26 Oktober 2010, erupsi besar Merapi merenggut nyawanya. Ia ditemukan wafat dalam posisi sujud di dalam rumahnya, tanda pengabdian hingga akhir hayat. Kisah hidupnya menyentuh hati banyak orang, hingga akhirnya rumah beliau diubah menjadi museum sederhana tapi sarat makna.

Ada Apa Saja di Dalam Museum Mbah Maridjan?

Begitu masuk museum ini, suasananya langsung membawa kita pada tragedi sekaligus kekuatan jiwa seorang Mbah Maridjan. Beberapa hal menarik yang bisa kamu lihat antara lain yaitu motor tua milik Mbah Maridjan yang hangus terkena awan panas, jadi spot foto favorit pengunjung.

Kemudian, ada pula kerangka rumah asli yang dibiarkan rusak, sebagai monumen kejadian tragis erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Berikutnya, ada banyak koleksi foto-foto dokumentasi bersama tokoh nasional, termasuk momen langka semasa hidupnya.

Selanjutnya, ada replika ruang tidur dan dapur yang menggambarkan kesederhanaan hidup beliau. Tak ketinggalan, ada pula video dokumenter singkat yang menceritakan filosofi hidup dan keteguhan Mbah Maridjan.

“Ini merupakan barang-barang pribadi milik Mbah Maridjan yang masih tersisa setelah letusan Gunung Merapi,” terang seorang pemandu wisatawan setempat.

Museum ini sangat cocok untuk wisata edukasi sekaligus refleksi spiritual tentang bagaimana manusia harus hidup berdampingan dengan alam. Seorang wisatawan  bernama Nadya Lestari, 25 tahun, mengaku sangat tersentuh dengan sisa-sisa barang milik sang juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan.

“Saya sampai merinding. Museum ini kecil, tapi isinya bikin hati kita besar. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sosok Mbah Maridjan,” terang wisatawan dari Jakarta ini.

Sementara itu, Yoga Prasetya, 31 tahun menyampaikan, kedatangan dirinya bersama keluarga ingin menyaksikan dari dekat bagaimana cerita dan kisah letusan Gunung Merapi pada tahun 2010.

“Ini bukan sekadar tempat wisata, tapi ziarah rasa. Saya jadi lebih menghargai alam dan nilai-nilai hidup dari budaya Jawa,” jelas wisatawan asal Semarang, Jawa Tengah ini.

Bagi Anda yang ingin merencanakan berwisata di Museum Mbah Maridjan segera saja dilakukan. Nah, untuk sampai ke museum ini sangat mudah. Museum ini dapat dijangkau dari kawasan Kaliurang dan masuk dalam jalur wisata Lava Tour Merapi. Lokasinya strategis dan bisa dicapai dengan kendaraan pribadi, motor trail, maupun jeep wisata.

Alamat lengkap museum ini berada di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Museum ini buka  setiap hari mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB. Harga tiket masuk adalah gratis namun donasi sukarela sangat dianjurkan untuk keluarga Mbah Marjidjan dan warga setempat.

Diarea Museum Mbah Maridjan ada berbagai fasilitas yang dapat digunakan para wisatawan. Antara lain, fasilitas parkir yang luas, toilet, warung kopi lokal, kios suvenir, dan pemandu wisata dari warga sekitar.

Jadi, Museum Mbah Maridjan bukan cuma destinasi, tapi juga pengingat akan keberanian dan ketulusan seorang penjaga Merapi. Cocok banget buat kamu yang ingin wisata sambil belajar nilai-nilai kehidupan.

Jadi, kalau kamu ke Jogja, sempatkan datang ke museum ini. Siapa tahu, kamu pulang bukan cuma bawa foto, tapi juga pelajaran hidup yang dalam. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *