Malioboro Diserbu Wisawatan! Pawai Ogoh-Ogoh Spektakuler Umat Hindu Ramaikan Libur Lebaran di Jogja

KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Pemandangan luar biasa terjadi di Jalan Malioboro pada Sabtu malam (12/4/2025). Ribuan orang membanjiri kawasan ikonik ini demi menyaksikan langsung kemegahan Pawai Ogoh-Ogoh oleh umat Hindu yang menjadi bagian dari rangkaian Festival Jeron Beteng 2025. Tak hanya warga lokal, wisatawan dari berbagai daerah pun ikut larut dalam euforia budaya yang begitu meriah.

Langit malam Jogja dihiasi semarak warna-warni lampu dan suara gamelan, sementara lima ogoh-ogoh raksasa -patung simbolis khas perayaan Nyepi- berjalan megah di tengah kerumunan. Setiap ogoh-ogoh diusung oleh komunitas Hindu dari berbagai wilayah di DIY, membawa pesan dan filosofi budaya yang mendalam.

Sebelum parade ogoh-ogoh dimulai, penonton dimanjakan dengan kehadiran barisan bregodo tradisional dari Kadipaten, Patehan, dan Panembahan. Kehadiran mereka seolah membuka portal menuju masa lalu, membalut suasana modern dengan nuansa keraton yang kental.

“Jogja itu rumah bagi semua budaya, semua kepercayaan. Kita jaga bersama keberagaman ini,”
ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, saat membuka acara secara resmi.

Wahyu menambahkan, selama tahun 2025 ini, Pemkot Yogyakarta menyiapkan tidak kurang dari 135 event budaya dan wisata yang akan digelar sepanjang tahun—sebuah langkah strategis menjadikan Jogja sebagai destinasi budaya kelas dunia.

Lebaran Bertemu Nyepi, Jogja Penuh Warna

Momentum pawai tahun ini terasa istimewa. Selain bertepatan dengan libur panjang Idul Fitri, acara ini juga berlangsung di tengah suasana Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Kombinasi dua momen sakral ini menjadikan Jogja sebagai pusat harmoni budaya dan religi.

Tak hanya pawai ogoh-ogoh, Alun-Alun Selatan pun tak kalah ramai. Di sana, pengunjung disuguhi tari topeng massal yang sarat nilai sejarah. Seni topeng yang berasal dari era Mataram Kuno ini masih dijaga dan dilestarikan oleh Kraton Yogyakarta.

“Salah satu budaya kraton yang masih hidup adalah topeng, bahkan wayang topeng. Ini jadi daya tarik wisata yang kami kembangkan,” kata Wahyu.

Tak berhenti di situ, area sekitar pameran budaya pun penuh dengan aktivitas menarik lainnya. Mulai dari pertunjukan musik, bazar UMKM, pentas tari, hingga penerbangan layang-layang hasil kerja sama dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) DIY. Momen yang paling mencuri perhatian adalah flashmob tari topeng yang membuat ribuan pasang mata terpukau.

“Serasa di Bali, Tapi Ini di Jogja!”

Antusiasme pengunjung pun membuktikan betapa besar magnet budaya Jogja. Bilqis, seorang wisatawan asal Solo, mengaku takjub bisa menyaksikan ogoh-ogoh secara langsung untuk pertama kalinya.

“Biasanya saya lihat ogoh-ogoh cuma dari medsos. Tapi sekarang bisa lihat langsung. Serasa di Bali, padahal ini di Jogja!” kata pengusaha kuliner yang datang bersama keluarga.

Menurut data dari Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, selama 11 hari masa libur Lebaran 2025, Jogja dikunjungi lebih dari 650.000 wisatawan. Rata-rata pengeluaran per wisatawan mencapai Rp 2,1 juta, dengan durasi tinggal sekitar 1,6 hari.

Sebagai penutup, acara ini juga dimeriahkan oleh finalis Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2025, yang tampil mempromosikan kekayaan budaya dan pariwisata lokal menjelang malam grand final Juni mendatang. Festival Jeron Beteng 2025 bukan sekadar hiburan. Ia menjadi panggung promosi budaya, wadah ekspresi seni, sekaligus simbol kuatnya toleransi di tengah keberagaman. Tak berlebihan jika Yogyakarta terus mengukuhkan diri sebagai kota yang istimewa dalam segala hal—dan terus memikat hati siapa pun yang datang. Kapan ya ada Pawai Ogoh-Ogoh, kita tunggu saja kabarnya! (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *