kabarsembada.com Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian inovatif terkait potensi kombinasi ekstrak biji salak pondoh dan kulit jeruk pamelo sebagai obat herbal untuk kanker serviks.
Tim ini, yang tergabung dalam Cisaheal, terdiri dari Aditya Latiful Azis (Biologi 2022), Asy Syifa Paras Ceria (Biologi 2022), Shabrina Farras Tsany (Kedokteran 2021), Rahmalia Diani Saffana (Kedokteran 2021), dan Faqih Fikri Nuryanto (Farmasi 2023).
Penelitian mereka dibimbing oleh Woro Anindito Sri Tunjung, dosen Fakultas Biologi UGM, dan didanai oleh Kemendikbudristek RI melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE).
Penelitian ini berfokus pada eksplorasi potensi biji salak pondoh (Salacca zalacca) dan kulit jeruk pamelo (Citrus maxima) sebagai bahan alternatif dalam pengobatan kanker serviks.
Aditya Latiful Azis, ketua tim, menjelaskan bahwa pengobatan kanker serviks saat ini masih bergantung pada kemoterapi, radioterapi, dan operasi.
“Kami berharap penelitian ini dapat membuka alternatif pengobatan kanker serviks yang lebih ramah lingkungan dan minim efek samping,” ungkap Aditya.
Menurutnya, biji salak pondoh dipilih karena mengandung senyawa polifenol, alkaloid, dan terpenoid yang memiliki aktivitas antioksidan.
Sedangkan kulit jeruk pamelo kaya akan senyawa flavonoid dan likopen yang berpotensi memiliki efek sitotoksik pada sel kanker. Kombinasi keduanya diharapkan menjadi pengobatan yang efektif dan minim risiko.
“Obat herbal cenderung memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat modern,” tambah Aditya.
Ia juga menjelaskan bahwa pemanfaatan limbah dari salak dan jeruk pamelo, yang produksinya terus meningkat, dapat membantu mengurangi dampak lingkungan sekaligus menjadi solusi alternatif pengobatan.
Sebagai bagian dari penelitian ini, tim Cisaheal melakukan serangkaian uji ilmiah, termasuk skrining profil fitokimia, uji in silico, uji aktivitas antiinflamasi, serta uji sitotoksisitas dan antiproliferasi menggunakan MTT assay.
Selain itu, mereka juga melakukan uji penghambatan migrasi sel HeLa dan uji apoptosis pada sel kanker serviks. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan.
Hasilnya, kombinasi ekstrak biji salak pondoh dan kulit jeruk pamelo terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi, menghambat migrasi sel kanker, serta mampu memicu apoptosis atau kematian sel pada kanker serviks.
“Kami optimis bahwa kombinasi ini dapat menjadi alternatif terapi kanker serviks dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia,” jelas Shabrina Farras Tsany, anggota tim dari Fakultas Kedokteran UGM.
Penelitian ini diharapkan dapat membuka peluang lebih lanjut dalam pengembangan obat herbal yang efektif dan berkelanjutan untuk pengobatan kanker serviks.
Tinggalkan Balasan