kabarsembada.com – Bisa melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit tentu tidak mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras untuk dapat mewujudkan impian tersebut.
Seperti yang dilakukan dan dirasakan oleh Happy. Berkat semangat, keprihatinan, dan ketekunannya, akhirnya dia berhasil meraih hasil yang gemilang.
Meski berasal dari keluarga kurang mampu serta dengan kondisi ayah yang sedang sakit, semangat Happy untuk belajar dan meraih prestasi tidak pernah surut.
“Jangan mudah menyerah, berusahalah semaksimal mungkin, dekatkan diri dengan Allah, minta restu, dan berbuat baik terutama kepada orang tua karena ridha Allah ada pada ridha orang tua. Belajar dengan sungguh-sungguh, bismillah. Kun fayakun,” tutur Happy pada Sabtu (27/7/2024).
Happy adalah anak tunggal pasangan Giwarno dan Ida Pertiwi yang tinggal di Kauman RT 01/RW 01 Bulurejo, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah. Ibunya sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik kayu, sementara ayahnya tidak bisa bekerja karena sudah lama menderita komplikasi penyakit.
“Ya, ayah saya menderita flek paru-paru, diabetes, kolesterol, asam urat, hipertensi, dan gangguan ginjal. Sampai waktu itu tidak bisa bangun, hanya bisa tiduran. Cukup lama sampai merambat ke pengeroposan tulang belakang,” jelas Happy.
“Alhamdulillah, sekarang ayah sudah bisa berjalan pelan-pelan dan masih rutin kontrol ke rumah sakit. Tiap pagi juga rutin berjemur agar tulangnya tidak semakin keropos,” tambah Happy yang memiliki nama lengkap Happy Putri Ginada.
Happy berasal dari SMA Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo, sebuah sekolah berasrama dengan beasiswa penuh yang diperuntukkan bagi keluarga kurang mampu namun berprestasi. Awal masuk SMA, Happy sempat merasa tertekan karena belum terbiasa dengan lingkungan asrama, sehingga sempat masuk dalam daftar sepuluh siswa terbawah di angkatannya. Namun, kondisi ini tidak berlangsung lama. Happy terus mengejar ketertinggalan dengan belajar mandiri selepas pulang sekolah.
“Jujur, waktu itu saya sangat sedih dan merasa down karena terbiasa mendapat peringkat satu saat di SD maupun SMP,” kenangnya.
Setiap pulang sekolah, Happy belajar sendiri di ruang kelas sementara teman-temannya kembali ke asrama. Materi yang baru saja diajarkan di sekolah ia perdalam melalui video-video di YouTube. Ini menjadi kebiasaan rutin yang dijalaninya selama di bangku SMA. Hasilnya, nilai Happy perlahan mulai membaik, termasuk peringkatnya. Ia juga mulai aktif di organisasi seperti OSIS dan Pramuka.
Tidak hanya itu, beberapa prestasi berhasil ia raih, seperti juara 1 Psychology Vlog Competition yang diselenggarakan oleh UNJANI, juara 3 lomba podcast yang diselenggarakan oleh Universitas Ngudi Waluyo, dan menjadi penerima beasiswa Smart Scholarship dari YBM Brilian.
Perjuangan Happy tidak sia-sia. Ketekunan dan prestasinya mengantarkannya diterima di Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM melalui jalur SNBP tahun 2024. Ia pun dinyatakan masuk kriteria penerima UKT 0 dari UGM.
“Satu doa yang tak pernah lupa dan saya ulang-ulang adalah lolos SNBP,” ucap Happy.
Ida Pertiwi, ibu Happy, mengaku bangga dan terharu anak semata wayangnya diterima di UGM. Awalnya, Ida merasa tidak mampu membiayai kuliah Happy mengingat gajinya yang hanya sekitar satu juta rupiah per bulan.
“Ya, terharu bisa lolos UGM. Alhamdulillah,” kata Ida.
Kini, setelah diterima di UGM, Happy memiliki mimpi baru untuk menjadi peternak sukses. Selama kuliah di UGM, Happy akan tinggal bersama tantenya.
Tinggalkan Balasan