Harga Sapi Kurban Naik Jelang Idul Adha 2025, Stok di Kulon Progo Masih Aman

KABARSEMBADA.COM, KULON PROGO – Menjelang perayaan Idul Adha 1446 H yang jatuh pada tahun 2025, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY melakukan pemantauan harga dan ketersediaan sapi kurban di sejumlah wilayah. Salah satu lokasi yang menjadi fokus pantauan adalah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di wilayah Sentolo dan Lendah.

Salah satu titik yang dikunjungi adalah peternakan sapi milik Usaha Dagang (UD) Mulyo Slamet yang berlokasi di Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo. Peternakan ini menjadi salah satu pemasok utama sapi kurban di Kulon Progo.

Koordinator TPID DIY sekaligus Kepala Biro Perekonomian Setda DIY, Eling Priswanto, menyampaikan bahwa pemantauan ini bertujuan memastikan kondisi sapi kurban, baik dari sisi kesehatan, ketersediaan, maupun harga yang beredar di pasar.

“Kami fokus pada tiga hal utama: standar kesehatan hewan, jumlah stok, dan stabilitas harga. Sejauh ini semua masih dalam kondisi terkendali,” ungkap Eling, Kamis (22/5/2025).

Kulon Progo menjadi lokasi kedua yang disasar TPID setelah sebelumnya melakukan pemantauan di Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil pengecekan, terjadi kenaikan harga sapi kurban sebesar Rp1 juta hingga Rp3 juta per ekor, tergantung jenis, bobot, dan kualitas sapi. Saat ini, harga sapi kurban berada di kisaran Rp20 juta hingga Rp35 juta.

Meski ada lonjakan harga, Eling menilai hal tersebut masih dalam batas wajar. Kenaikan ini dipicu oleh tingginya permintaan hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha.

“Stoknya cukup. Kami pastikan pasokan mencukupi dan tidak terjadi kelangkaan. Tapi tetap perlu sinergi semua pihak agar inflasi bisa dikendalikan,” tambah Eling.

Sementara itu, pemilik UD Mulyo Slamet yang juga menjabat sebagai Lurah Sukoreno, Olan Suparlan, mengungkapkan bahwa hingga saat ini ia sudah menerima pesanan lebih dari 100 ekor sapi dari total 150 ekor yang tersedia.

“Sekarang tinggal 15 sapi yang belum laku. Kalau habis, kami siap tambah stok dari daerah lain agar permintaan masyarakat tetap terpenuhi,” jelas Olan.

Langkah antisipatif seperti ini diharapkan mampu menjaga kelancaran distribusi hewan kurban serta menekan gejolak harga di pasaran. Pemerintah daerah pun terus mendorong kolaborasi antara peternak, pedagang, dan instansi terkait untuk menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *