Hardiknas 2025: Saatnya Pendidikan Sleman Naik Kelas

KABARSEMBADA.COM – Semua orang tahu bahwa setiap tanggal 2 Mei, bangsa ini memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Tapi Hardiknas bukan sekadar nostalgia nama besar Ki Hajar Dewantara.

Tentu, ini sekaligus sebagai alarm pengingat bahwa sistem pendidikan kita harus terus bergerak maju, bukan jalan di tempat. Terutama di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sebagai anggota parlemen di Kabupaten Sleman, tentu kami selalu berpikir apa dampak positif dan negatif atas gempuran era digital dan tantangan sosial dimasa akan datng.

Hemat kami, tentu ada lima pekerjaan rumah besar yang berkaitan dengan pendidikan yang tak bisa lagi ditunda. Tak hanya di level nasional, tapi juga menyentuh wilayah seperti Kabupaten Sleman yang dikenal sebagai salah satu barometer pendidikan di DIY.

Pertama, pendidikan karakter. Kabupaten Sleman harus selalu waspada terhadap bahaya perilaku klitih dan kekerasan remaja. Sebagai bagian wilayah DIY, Kabupaten Sleman sempat diguncang maraknya kasus klitih dan kekerasan remaja.

Hal ini tentu menjadi alarm keras bahwa pendidikan karakter belum benar-benar menyentuh akar. Pendidikan di sekolah harus lebih dari sekadar hafalan. Nilai-nilai empati, tanggung jawab, dan kepedulian sosial harus masuk ke kurikulum tersembunyi, yang hadir dalam praktik sehari-hari, bukan cuma di soal ujian.

Untuk mencegah kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan kita, tentu diperlukan penanganan petaholic dari berbagai elemen. Mulai dari para tenaga pendidikan, orang tua, lingkungan masyarakat, pemerintah, dan aparat penegak hukum harus bersama-sama bergandengan tangan.

Kedua, memfasilitasi akses upgrade untuk guru. Peningkatan kapasitas guru adalah kunci utama kemajuan pendidikan. Tapi faktanya, guru-guru di madrasah atau sekolah swasta di wilayah pinggiran Sleman masih sering tertinggal dalam akses pelatihan. Sehingga, mereka perlu diberikan pelatihan dan bila perlu pendidikan secara khusus dengan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta seperti Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Hal ini diperlukan karena mereka punya semangat dan potensi luar biasa. Pemerintah daerah harus hadir dengan kebijakan yang lebih inklusif dan kolaboratif, jangan hanya fokus ke sekolah negeri atau yang sudah mapan. Sekolah swasta perlu diperhatikan lebih serius.

Ketiga, para guru harus melek digital. Kabupaten Sleman memang unggul secara infrastruktur, tapi masih banyak sekolah yang belum optimal dalam digitalisasi. Tak sedikit guru kita yang masih gaptek, fasilitas TIK yang seadanya, atau sistem pembelajaran daring yang kaku jadi tantangan tersendiri. Pemerintah daerah dan sekolah harus terus mendorong transformasi digital secara nyata, bukan hanya sekadar jargon atau formalitas saat akreditasi.

Keempat, guru honorer di Kabupaten Sleman masih banyak yang bertahan dengan gaji di bawah UMK. Sementara tanggung jawab mereka sama besar dengan guru PNS. Janji-janji peningkatan kesejahteraan harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan nyata. Mulai dari insentif, pelatihan berkala, hingga jaminan sosial. Guru bukan relawan abadi sehingga mereka layak mendapatkan kehidupan yang layak.

Kelima, kasus perundungan dan konflik antarpelajar juga pernah muncul di beberapa sekolah di Kabupaten Sleman. Ini bukan hal sepele. Butuh pendekatan berbasis komunitas sekolah. Dengan melibatkan partisipasi aktif para guru, orang tua, hingga siswa itu sendiri.

Sekolah harus menjadi ruang yang aman dan ramah untuk semua, bukan tempat yang menumbuhkan tekanan dan rasa takut. Karena itu, para peserta didik harus diajarkan budaya toleransi dan empati untuk mencegah bullying sejak dibangku SD.

Keenam, Sleman Pintar. Sebagai anggota DPRD Sleman sekaligus kader partai yang turut serta mengusung Pasangan Harda Kiswaya dan Danang Maharsa pada Pilkada November 2024 lalu, kami tentu akan ikut memperjuangkan sekaligus mengawal Program Sleman Pintar. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Sleman melalui sekolah dan ikut menyukseskan program pelajar dari keluarga miskin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dengan pendidikan diharapkan generasi muda Sleman akan dapat turut meningkatkan kesejahteraan keluarga, baik melalui pekerjaan di sektor swasta, pemerintah maupun berwira usaha di masa akan datang.

Sebagai anggota parlemen, sudah seyogyanya saya pun akan ikut menyukseskan anggaran yang akan digunakan untuk pendidikan terutama beasiswa perguruan tinggi bagi pelajar kurang mampu. Juga mendukung memperkuat kerja sama dengan perguruan tinggi di Yogyakarta agar dapat memberikan porsi beasiswa khusus bagi pelajar Sleman.

Mari, kita jadikan momentum Hardiknas 2025 ini harus menjadi titik balik. Bukan lagi soal peringatan, tapi soal pergerakan. Sleman sebagai kabupaten dengan ekosistem pendidikan yang kuat bisa menjadi pionir perubahan, bukan sekadar penonton. Karena pendidikan adalah tentang masa depan. Dan masa depan tak bisa menunggu. Kita pun mendukung penuh program Bupati Sleman Harda Kiswaya terkait dengan satu desa satu sarjana dan beasiswa perguruan tinggi untuk keluarga tidak mampu. (*)

*) Ani Martanti ST adalah Wakil Ketua DPRD Sleman dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ketua Perempuan Bangsa DIY.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *