KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Di tengah derasnya arus digitalisasi, budaya literasi tradisional kembali mendapat panggung istimewa melalui Festival Mlangi 2025. Acara yang berlangsung mulai 7 hingga 10 Mei di Lapangan Yayasan Nur Iman, Mlangi, Sleman ini mengangkat semangat pelestarian aksara Pegon sebagai warisan budaya yang kian terlupakan.
Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, yang membuka acara secara resmi, menegaskan pentingnya menghidupkan kembali aksara Pegon yaitu sistem penulisan berbasis huruf Arab yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa, terutama dalam konteks keagamaan dan pesantren.
“Aksara Pegon bukan sekadar tulisan, tapi simbol peradaban Islam di tanah Jawa. Ini warisan intelektual dan spiritual yang harus kita jaga agar tidak hilang ditelan zaman,” ujar Beny dalam sambutannya, Rabu (7/5/2025).
Dalam tema “Menjawab Masa Depan Berbasis Literasi Tradisi”, Festival Mlangi tak hanya menjadikan aksara Pegon sebagai objek studi, tapi mendorong penerapannya dalam keseharian. Aksara ini dulunya berperan penting dalam penyebaran Islam melalui kitab-kitab pesantren, doa-doa, hingga ajaran moral masyarakat.
“Pelestarian aksara Pegon bukan sekadar nostalgia. Ini adalah proses transformasi aktif agar generasi muda bisa memaknai budaya leluhurnya dalam konteks kekinian,” tambah Beny.
Festival ini dirancang untuk membumikan nilai-nilai budaya secara kreatif, mulai dari edukasi, perlombaan, hingga pertunjukan seni yang melibatkan partisipasi pesantren dan masyarakat lokal.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, Kurniawan, turut menekankan pentingnya kepedulian kolektif terhadap keberadaan aksara lokal.
“Aksara Pegon menyimpan jejak keilmuan, spiritualitas, dan kebudayaan yang membentuk identitas masyarakat Jawa. Jangan sampai hilang karena kita abai,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Nur Iman Mlangi, KH Tamyis Mukharom, berharap Festival Mlangi dapat menjadi poros kebudayaan yang dinamis dan relevan di tengah perubahan sosial yang cepat.
“Kami ingin menjadikan Mlangi sebagai pusat literasi dan tradisi Islam yang terbuka dan progresif, lewat pendekatan reflektif, edukatif, dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Festival Mlangi 2025 merupakan hasil sinergi lintas sektor antara DPAD DIY, Yayasan Nur Iman, berbagai pesantren, Takmir Masjid Pathok Negoro, dan elemen masyarakat Mlangi. Kegiatan ini terbuka untuk umum tanpa tiket masuk, dan akan berlangsung selama empat hari penuh.
Pengunjung bisa menikmati aneka jajanan UMKM, mengikuti berbagai lomba edukatif, hingga menyaksikan pentas seni budaya yang menampilkan kreativitas warga lokal. Festival ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan budaya literasi Islam di tengah tantangan era digital. (*)
Tinggalkan Balasan