Fenomena Kemarau Basah 2025 di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, BMKG Ungkap Penyebabnya

KABARSEMBADA.COM, JAKARTA – Indonesia tengah menghadapi anomali cuaca yang tak biasa. Meski kalender menandai saat ini sebagai musim kemarau, hujan deras masih mengguyur banyak wilayah di Tanah Air. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kondisi ini sebagai kemarau basah, dan fenomena langka ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga Agustus 2025.

“Kemarau basah adalah situasi yang tidak lazim. Meski berada di periode kemarau, curah hujan masih tinggi di berbagai wilayah akibat faktor-faktor atmosfer global dan perubahan iklim,” ungkap Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangannya, Minggu (18/5/2025).

BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan oleh sejumlah sistem cuaca global yang saling berinteraksi, seperti sirkulasi siklonik, Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang tropis Kelvin dan Rossby. Kondisi ini memicu pertumbuhan awan hujan di sejumlah daerah yang biasanya kering saat musim kemarau.

Akibatnya, wilayah seperti Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara yang seharusnya mengalami hari-hari cerah dan minim curah hujan, justru masih dilanda hujan sedang hingga lebat.

Fenomena kemarau basah ini berdampak signifikan terhadap berbagai sektor. Di sektor pertanian, musim tanam dan panen berpotensi terganggu. Selain itu, ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir lokal dan tanah longsor pun meningkat seiring turunnya hujan di luar musim.

BMKG memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi angin kencang, petir, hingga cuaca ekstrem lainnya yang menyertai hujan di musim kemarau.

Untuk menghadapi situasi ini, BMKG mengimbau masyarakat agar menyesuaikan aktivitas sehari-hari. Warga diminta untuk menggunakan payung atau jas hujan saat beraktivitas di luar dan menjaga kesehatan dengan cukup minum dan perlindungan dari perubahan suhu.

Kemudian, warga juga diminta waspada terhadap potensi bencana di daerah rawan dan ,enyusun rencana mitigasi risiko, khususnya bagi pelaku usaha di sektor pertanian dan transportasi

“Cuaca yang tak menentu menuntut kita semua untuk lebih adaptif. Informasi cuaca harian dari BMKG penting untuk dijadikan panduan aktivitas,” tambah Guswanto.

Meski tantangan cuaca semakin kompleks, masyarakat diimbau untuk tetap produktif dengan tetap memperhatikan keselamatan. Gunakan aplikasi prakiraan cuaca harian, atur ulang jadwal kegiatan luar ruang, dan jangan abaikan peringatan dini dari BMKG. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *