KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Finalis Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2025 mencetak sejarah sebagai angkatan pertama yang mendapatkan pembekalan langsung seputar birokrasi dan sistem pelayanan publik. Sebanyak 30 finalis muda ini melakukan kunjungan edukatif ke Pemerintah Kota Yogyakarta menggunakan becak listrik.
Kegiatan yang dimulai dari Kantor Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta ini menjadi bagian dari upaya membentuk generasi muda yang tak hanya menarik secara penampilan, tetapi juga tangguh secara pemikiran dan sadar peran dalam pembangunan kota.
Setibanya di Mal Pelayanan Publik (MPP), para finalis disambut dengan paparan langsung tentang sistem layanan terpadu. Mulai dari perizinan usaha, pembangunan, administrasi kependudukan, hingga layanan sosial—semuanya diperkenalkan sebagai bentuk nyata pelayanan publik yang mudah diakses dan efisien.
“Ini luar biasa. Banyak solusi di satu tempat. Pelayanannya cepat, tidak ribet, dan sangat ramah,” ujar Arif Setiawan, salah satu finalis Dimas, dengan antusias.
Senada, finalis Diajeng Klarines Almadea mengungkapkan kekagumannya atas sistem kerja birokrasi yang kompak dan modern. “Kesan saya sangat positif. Ini benar-benar membuka wawasan tentang bagaimana pemerintah melayani masyarakat dengan cara yang terintegrasi,” ungkapnya.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyambut langsung para finalis dengan pesan-pesan penuh makna. Ia menyampaikan bahwa generasi muda seperti Dimas Diajeng harus menjadi ikon masa depan Yogyakarta—bukan sekadar karena rupa, tapi juga karena karakter dan empati sosialnya.
“Kalian adalah wajah kota ini. Jadilah duta yang bukan hanya gagah dan cantik, tapi juga cerdas, peka, dan punya kepedulian sosial,” ujar Hasto, Kamis (1/5/2025).
Hasto menekankan bahwa Kota Yogyakarta sedang membangun citra sebagai kota wisata budaya yang bersih dan sehat. Kawasan tanpa rokok menjadi salah satu fokus utama, dan ia berharap para finalis bisa menjadi agen perubahan yang membawa semangat itu ke masyarakat.
Lebih jauh, Hasto mengajak para finalis untuk berdiri tegak di atas kaki sendiri dalam aspek ekonomi dan budaya. Menurutnya, perjuangan masa kini adalah berani melawan arus budaya konsumtif dan mencintai produk-produk lokal.
“Kita ini bukan lagi melawan penjajah dengan senjata. Hari ini, perjuangan kita adalah berdikari—ekonominya, budayanya. Banggalah dengan produk dalam negeri. Jadilah pahlawan baru,” tegasnya.
Ia menutup sambutannya dengan pesan reflektif bahwa kemenangan dalam ajang Dimas Diajeng bukanlah tujuan akhir.
“Juara hanyalah bonus. Proses kalian selama ini—belajar, bertransformasi, menghadapi tantangan—itulah nilai sesungguhnya. Kalian seperti padi, harus digiling untuk jadi beras. Jangan takut gagal. Terus tumbuh dan berkembang,” pesannya penuh semangat. (*)
Tinggalkan Balasan