Dari Ruang Kelas ke Panggung Pembangunan, Inovasi Pelajar Jogja Disorot Pemerintah Kota

KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Ide cemerlang anak muda Kota Gudeg kini tak lagi sekadar jadi tugas sekolah. Melalui ajang Anugerah Inovasi dan Penelitian (AIP) 2024, kreativitas pelajar Yogyakarta mulai diarahkan untuk menjawab persoalan nyata di masyarakat.

Dalam Seminar Inovasi Daerah yang digelar di Ruang Bima, Balai Kota Yogyakarta, Selasa (24/6/2025), tiga tim pelajar memperkenalkan inovasi yang mereka gagas sebagai solusi terhadap isu lingkungan, pendidikan, dan kesehatan mental. Tak sekadar tampil di depan juri, karya mereka mendapat perhatian serius dari jajaran pemerintah dan akademisi.

“Kami ingin inovasi ini tidak hanya berhenti di atas kertas. Ada peluang besar agar karya para pelajar ini bisa diadopsi dan dikembangkan sesuai kebutuhan warga,” ungkap Kepala Bidang Riset dan Inovasi Daerah Bappeda Kota Yogyakarta, Danang Yulisaksono.

Salah satu inovasi yang menyita perhatian adalah sepatu ramah lingkungan SEKAR dari SMA Negeri 1 Yogyakarta. Sepatu ini dirancang dari sabut kelapa, akar wangi, dan kain lurik, menciptakan produk yang tidak hanya fungsional, tapi juga sarat nilai budaya dan berwawasan lingkungan.

Laksita Ardiyanti dan Anindya Rahmah Anjani, dua siswa penggagas SEKAR, menyebut bahwa produk mereka lahir dari keresahan atas limbah rumah tangga yang tidak termanfaatkan. “Sabut kelapa kami kumpulkan dari pasar-pasar tradisional dan rumah warga. Kami olah manual, lalu dikombinasikan dengan akar wangi sebagai penghilang bau dan motif lurik sebagai sentuhan khas Yogyakarta,” ujar Laksita.

Selain itu, ada pula Eco Adventures dari SMP Negeri 14 Yogyakarta, berupa media edukasi untuk kampanye pengurangan sampah di sekolah melalui pendekatan menyenangkan, dan SESAJI (Sekolah Sahabat Jiwa) dari SMP Negeri 3 Yogyakarta, sebuah aplikasi berbasis Augmented Reality (AR) untuk mendukung kesehatan mental pelajar.

Dosen Politeknik ATK Yogyakarta, Abimanyu Yogadita Restu Aji, yang turut hadir dalam forum itu, memberikan apresiasi tinggi. Ia menilai pendekatan yang digunakan para pelajar sangat relevan dengan tantangan zaman. “Kreatif dan menyegarkan. Tapi soal kenyamanan pemakaian, khususnya bahan akar wangi, masih perlu pengujian lebih lanjut agar benar-benar layak digunakan sehari-hari,” ujar Abimanyu.

Seminar ini bukan hanya ajang apresiasi, tetapi juga menjadi panggung awal bagi kolaborasi yang lebih besar. Pemerintah Kota Yogyakarta berharap kegiatan seperti ini dapat memperkuat ekosistem inovasi lokal dan menumbuhkan budaya riset sejak usia dini.

“Ini bukan akhir, tapi justru titik awal untuk melahirkan lebih banyak solusi yang berasal dari pelajar, berakar pada lokalitas, dan berdampak nasional,” terang Danang dengan optimistis. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *