KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Yogyakarta bukan hanya tentang Malioboro, gudeg, dan keraton. Lewat pameran foto bertajuk “Lenggang-lenggok Jogjakarta”, sebanyak 43 karya visual dari 12 fotografer ternama Indonesia berhasil membuka mata publik tentang sisi lain dari kota budaya ini, yang sering kali tak terlihat, namun begitu menggugah rasa.
Pameran ini resmi dibuka pada Minggu (20/4/2025) sore di Omah Petroek, Karang Klethak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan akan berlangsung hingga Juni 2025 mendatang. Lebih dari sekadar pajangan foto, setiap karya menyuguhkan narasi visual yang dalam: mulai dari potret keheningan kota, kehidupan rakyat biasa, hingga prosesi kematian yang sarat makna.
Tokoh pers dan budayawan, Romo Sindhunata, dalam pengantarnya menyebut bahwa karya-karya ini mengingatkan kita untuk memberi perhatian pada hal-hal kecil yang justru paling membekas dalam ingatan.
“Di tengah banjir informasi hari ini, justru yang kecil dan sepele itu sering lebih berarti,” ujar Romo Sindhunata.
Romo Sindhunata juga menyinggung karya Arief Sukardono yang memotret almarhum Jemek Supardi, maestro pantomim Jogja, di tengah keramaian kota. Foto itu menjadi dasar pertunjukan tari pembuka oleh Kinanti Sekar Rahina, putri Jemek, yang menari dalam keheningan mengenakan topeng putih mirip wajah ayahnya—menghadirkan simbol “tapa ngrame”, atau keheningan batin di tengah hiruk-pikuk.
43 Karya, 12 Nama Besar, 1 Narasi Kolektif
Para fotografer yang terlibat antara lain Agus Leonardus, Aji Wartono, Bimo Pradityo, Dwi Oblo Prasetyo, Oscar Motuloh, hingga Sonia Prabowo. Mereka menangkap momen-momen yang acap kali luput dari perhatian—baik kasual maupun monumental. Mulai dari aktivitas sederhana warga, seni jalanan, rumah-rumah di dalam benteng Kraton yang mulai dirobohkan, hingga prosesi pemakaman yang sarat filosofi.
Salah satu karya yang paling menyita perhatian datang dari Oscar Motuloh. Ia memotret keranda jenazah dalam prosesi pemakaman dengan penuh kesyahduan. Romo Sindhu mengomentari foto itu dengan kalimat bahwa “Hanya dengan tujuh langkah, kita menuju keabadian,” terang Romo Sindhunata.
Kalimat yang menggambarkan betapa misterius dan cepatnya perjalanan hidup manusia.
Pameran ini mengajak pengunjung untuk tidak sekadar melihat Jogja lewat lensa para fotografer, tetapi merasakan denyutnya, merenungi kehidupan, dan menghargai kebersahajaan. Di tengah dunia yang serba cepat, “Lenggang-lenggok Jogjakarta” adalah ruang untuk berhenti sejenak dan kembali menjadi manusia yang peka terhadap sekelilingnya.
Catat Tanggalnya! Pameran Fotografi oleh 12 fotografer di Omah Petroek, Sleman, Yogyakarta ini berlangsung darai tanggal 20 April – Juni 2025. Pameran ini terbuka untuk umum. (*)
Tinggalkan Balasan