BPBD Bantul Bongkar 11 Ancaman Bencana yang Siap Mengintai, Ini Cara Menghadapinya

KABARSEMBADA.COM, BANTUL – Dalam momen peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menggelar apel besar relawan kebencanaan di Lapangan Paseban, Minggu (27/4/2025).

Dengan mengusung tema “Bangun Kesiapsiagaan Sejak Dini,” BPBD Bantul mengajak seluruh masyarakat untuk lebih sadar dan siap menghadapi berbagai potensi bencana di wilayahnya.

Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta, menegaskan pentingnya membangun kesiapsiagaan sejak dini. Menurutnya, pemahaman terhadap potensi bencana di lingkungan masing-masing akan membuat proses penyelamatan dan evakuasi berjalan lebih cepat dan efisien.

“Kalau kita sudah paham potensi bencana, kita akan lebih siap. Evakuasi bisa dilakukan lebih efektif dan menyelamatkan lebih banyak jiwa,” ujar Agus dalam sambutannya.

Ternyata, Bantul Punya 11 Potensi Bencana!

Awalnya, Kabupaten Bantul hanya tercatat memiliki sembilan jenis potensi bencana, yaitu banjir, longsor, abrasi, kekeringan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, wabah penyakit, dan gelombang tinggi. Namun, berdasarkan kajian terbaru, muncul dua tambahan potensi ancaman baru: likuifaksi dan kegagalan teknologi.

Agus Yuli mengungkapkan, beberapa bencana memang terjadi rutin setiap tahun, seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran. Namun, gempa bumi dan tsunami disebut sebagai ancaman terbesar karena dampaknya yang bisa sangat luas dan dahsyat.

“Gempa itu tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Tapi di Bantul, ada dua sumber ancaman gempa, yakni sesar Opak dan subduksi Lempeng Eurasia,” bebernya.

Menghadapi ancaman tsunami, BPBD Bantul tidak tinggal diam. Hingga kini, ada 29 unit Early Warning System (EWS) yang dipasang di sepanjang pesisir selatan untuk mempercepat peringatan dini kepada masyarakat.

Setiap bulan, semua alat peringatan dini tersebut diuji fungsinya. Jika ditemukan kerusakan, BPBD bergerak cepat melakukan perbaikan. Meski begitu, Agus mengakui, jumlah EWS saat ini masih belum mencukupi berdasarkan kajian kebutuhan terbaru.

“Kami butuh tambahan EWS untuk memperkuat jaringan peringatan dini tsunami,” imbuhnya.

Edukasi Kesiapsiagaan Sejak TK

Tak hanya mengandalkan teknologi, BPBD Bantul juga fokus pada edukasi mitigasi bencana sejak dini. Program penyuluhan telah masuk ke berbagai sekolah, mulai dari TK, SD, hingga SMP, terutama di kawasan selatan yang rawan tsunami.

Langkah ini diambil untuk membangun budaya sadar bencana sejak anak-anak, sehingga generasi muda bisa lebih siap dan tanggap saat bencana terjadi. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *