KABARSEMBADA.COM, BANTUL – Angka kemiskinan di Kabupaten Bantul terus menunjukkan tren menurun selama tiga tahun terakhir. Namun, tantangan belum selesai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Bantul pada tahun 2024 masih tercatat 11,66%, dengan kemiskinan ekstrem menyentuh angka 0,82% atau sekitar 8.008 jiwa.
Pemerintah Kabupaten Bantul kini membidik target ambisius: nol kemiskinan ekstrem pada tahun 2026. Guna mencapai tujuan tersebut, Pemkab menyiapkan strategi lintas sektor yang melibatkan hampir seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Kemiskinan bukan hanya urusan Dinas Sosial. Semua perangkat daerah harus ambil bagian karena setiap sektor saling terkait,” tegas Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, saat mencanangkan Kegiatan Intervensi Pengentasan Kemiskinan Ekstrem di Gedung Mandala Saba, Jumat (16/5/2025).
Setelah menerima data kemiskinan ekstrem dari BPS, Pemkab Bantul langsung melakukan verifikasi dan validasi di tingkat kalurahan, dikoordinasi oleh Dinas Sosial. Data tersebut akan menjadi dasar penyusunan SK Bupati, yang digunakan untuk mengarahkan program secara lebih presisi.
Kemiskinan ekstrem didefinisikan sebagai kondisi di mana pengeluaran harian berada di bawah USD 1,9 atau sekitar Rp11.571 per kapita/hari, mengacu pada standar Bank Dunia.
Bupati Abdul Halim memaparkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan di Bantul terbagi dalam dua pendekatan besar. Pertama, melalui Program Pengurangan Beban
Seperti PKH, BPNT, Boga Sehat, jaminan kesehatan, hingga fasilitas pelayanan bagi difabel yang dikelola oleh Dinas Sosial.
Sementara itu, proyek seperti Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), sarana air bersih, dan pengolahan limbah domestik menjadi tugas DPUPKP.
Kedua, melalui Program Pemberdayaan Ekonomi. Pendekatan ini melibatkan Dinas Koperasi dan UKM, Disnakertrans, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, hingga Dinas Pariwisata. Fokusnya adalah menciptakan lapangan kerja, pelatihan keterampilan, serta akses usaha mikro agar warga bisa mandiri secara ekonomi.
Bupati Abdul Halim menegaskan bahwa kemiskinan adalah masalah kompleks dan sistemik, sehingga tidak bisa diselesaikan oleh satu instansi saja.
“Kemiskinan itu seperti simpul yang saling terhubung. Maka, cara memutuskannya adalah dengan kerja kolektif yang terintegrasi, menyasar akar masalahnya,” terang Halim.
Dengan pendekatan lintas sektor dan kolaboratif, Bantul optimistis mampu mencapai target pengentasan kemiskinan ekstrem secara berkelanjutan dan inklusif. (*)
Tinggalkan Balasan