Bantul Bangun Gerbang Ikonik Berciri Khas Jawa, Simbol Filosofis Among Tani Penanda Wilayah

KABARSEMBADA.COM, BANTUL – Kabupaten Bantul segera memiliki wajah baru di titik-titik perbatasan wilayah. Pemerintah Kabupaten Bantul tengah menggodok pembangunan enam gerbang ikonik berbasis filosofi Jawa yang mengusung konsep Among Tani Dagang Layar. Proyek ini merupakan implementasi nyata dari Peraturan Bupati Bantul Nomor 149 Tahun 2022 tentang Panduan Arsitektur Bangunan Baru Bercirikan Khas Bantul.

Wakil Bupati Bantul, Aris Suharyanta, menjelaskan bahwa pembangunan gapura perbatasan ini tidak hanya sebagai penanda administratif, namun juga sebagai ikon budaya yang sarat makna. “Gerbang ini akan menjadi simbol visual pertama yang menyambut siapa pun yang memasuki wilayah Bantul. Ini lebih dari sekadar gapura, ini adalah wajah dan jati diri daerah,” ujar Aris dalam siaran pers, Jumat (23/5/2025).

Konsep Among Tani Dagang Layar merupakan gagasan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang mencerminkan semangat pembangunan dari daratan (pertanian) ke arah maritim (kelautan). Filosofi ini mendorong orientasi pembangunan ke arah selatan, yakni wilayah pesisir.

Dalam desain gapura, filosofi tersebut diwujudkan melalui simbol-simbol khas Yogyakarta: Gunung Merapi, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan Pantai Selatan. Tiga elemen ini akan disatukan dalam bentuk visual Hamemayu Hayuning Bawono, sebuah ajaran untuk merawat dan memperindah dunia.

Arsitek RM Cahyo Bandhono dan akademisi ISI Yogyakarta, Prof. Kasidi Hadiprayitno, turut mempresentasikan desain arsitektur dalam rapat koordinasi tersebut. Menurut mereka, bentuk utama yang akan mendominasi gerbang adalah Gunungan atau Kayon, simbol penting dalam pewayangan Jawa.

“Dalam budaya Jawa, Kayon menggambarkan tekad dan kehendak manusia. Selama ada keinginan, selama itu pula manusia hidup,” jelas Prof. Kasidi. Maka dari itu, Kayon diposisikan sebagai lambang kehidupan, sebuah pohon hidup yang menjadi inti dari desain gapura khas Bantul.

Pemkab Bantul telah menetapkan enam titik pembangunan gapura, dengan prioritas pada Kapanewon Piyungan dan Sewon. Proses pembangunan akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2026 mendatang.

“Ini adalah momentum penting untuk menunjukkan identitas visual dan budaya kita. Kami harap pembangunan ini menjadi awal dari penguatan karakter arsitektur lokal Bantul,” tegas Aris.

Melalui gerbang bercorak filosofi Jawa ini, Bantul tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga mempertegas peranannya dalam menjaga nilai budaya dan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *