KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Hingga Mei 2025, Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman mencatat sebanyak 354,25 hektare lahan jagung telah berhasil dipanen. Angka ini melampaui luas lahan tanam jagung aktif tahun ini yang mencapai 171,87 hektare, lantaran sebagian besar panen merupakan hasil dari program bantuan tanam pada akhir tahun sebelumnya.
Kapanewon Prambanan menjadi sentra utama produksi jagung di Sleman. Kepala Bidang Tanaman Pangan DP3 Sleman, Siti Rochayah Dwi Mulyani, menjelaskan bahwa wilayah tersebut menyumbang panen terbesar, yakni mencapai 343 hektare pada Februari 2025.
“Mayoritas lahan di Prambanan merupakan tadah hujan dan berciri tanah berbatu, sehingga kurang cocok untuk padi. Itu sebabnya jagung menjadi pilihan utama,” ujarnya, Senin (16/6/2025).
Siti menambahkan, produktivitas jagung per hektare di Prambanan tahun 2024 rata-rata 7,36 ton, dan pada awal 2025 bahkan mampu mencapai 40,3 ton. Sementara itu, Kapanewon Ngemplak dan Kalasan juga mulai mengembangkan jagung, meski luasnya masih terbatas.
Kedua wilayah tersebut baru akan memulai tanam jagung sekitar Juli atau Agustus, setelah masa tanam padi berakhir karena ketersediaan air mulai menurun.
Produksi jagung di Sleman sebagian besar dimanfaatkan sebagai pakan ternak, meski ada pula penyerapan oleh Perum Bulog. Namun, menurut Siti, syarat penyerapan Bulog cukup ketat, seperti kadar air maksimal 14 persen dan bebas jamur, yang sering menjadi kendala di musim hujan.
Selain itu, Kementerian Pertanian juga akan menyalurkan bantuan benih jagung untuk 1.000 hektare lahan pada pertengahan 2025. Setiap hektare akan mendapat alokasi 15 kg benih untuk mendukung ketahanan pangan dan sektor peternakan.
Ketua Gapoktan Tirto Sembodo, Janu Riyanto, menyebut beberapa petani di Kalasan sudah mulai tanam. “Ada yang sudah tanam dan ada yang menyusul. Produksi rata-rata jagung di sini sekitar tujuh ton per hektare per tahun,” paparnya. (*)
Tinggalkan Balasan