KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Pemerintah Kabupaten Sleman menjadikan perayaan Hari Ulang Tahun atau HUT ke-109 sebagai momentum strategis untuk mempromosikan batik dan lurik khas daerah. Inisiatif ini digagas langsung oleh Bupati Sleman, Harda Kiswaya, sebagai bentuk nyata dukungan terhadap pelestarian budaya lokal sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui sektor UMKM.
“Ini bukan sekadar ulang tahun, tapi panggung untuk menunjukkan kekuatan budaya Sleman,” tegas Bupati Harda saat ditemui pada Kamis (1/5/2025).
Bupati Harda menyebut, motif batik dan lurik hasil karya para perajin lokal Sleman memiliki potensi besar, namun selama ini kurang mendapat panggung yang layak. Dengan menjadikan batik dan lurik sebagai tema utama HUT Sleman tahun ini, diharapkan identitas lokal semakin dikenal luas dan membawa dampak ekonomi yang nyata.

Menurut Bupati Harda, banyak pengrajin Sleman telah memproduksi batik dan lurik bermotif khas daerah. Bahkan, beberapa produk sudah diuji pasar dan mendapat sambutan positif berupa pesanan berulang. Sayangnya, selama ini konsumen kerap membeli produk melalui perantara, sehingga identitas pengrajin dan asal-usul produk tidak dikenal masyarakat.
Untuk mengatasi hal itu, Pemkab Sleman akan menghadirkan langsung para pengrajin dalam rangkaian acara HUT ke-109 yang puncaknya jatuh pada 15 Mei 2025.
“Kami ingin masyarakat tahu siapa di balik produk berkualitas itu,” ujar Harda.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Pemkab Sleman juga mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) mengenakan batik atau lurik lokal Sleman minimal sekali dalam sepekan saat bekerja. Kebijakan ini dinilai mampu mendorong permintaan dan memberikan dampak ekonomi langsung kepada para pengrajin.
268 Perajin Batik dan 384 Perajin Lurik Jadi Andalan UMKM Sleman
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman menyebutkan, saat ini terdapat 268 perajin batik yang tersebar di Sleman, 254 di antaranya tergabung dalam Asosiasi Mukti Manunggal (MM), sementara sisanya merupakan perajin mandiri. Jenis produk yang dihasilkan mencakup batik tulis, batik cap, hingga kombinasi keduanya.
Sementara itu, jumlah perajin lurik mencapai 384 orang. Mayoritas merupakan pembuat stagen (371 orang), dan hanya 13 pengrajin yang masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Wilayah konsentrasi perajin lurik ini berada di Sleman bagian barat seperti Moyudan, Minggir, dan sepanjang Jalan Kaliurang.
Ketua Tim Kerja Pengembangan Usaha Industri Disperindag Sleman, Emmy Kurnia Budianti menyebut regenerasi menjadi tantangan tersendiri. “Sebagian besar perajin adalah generasi tua. Namun kami optimistis, dengan promosi besar-besaran dan inovasi, anak muda bisa tertarik masuk ke industri ini,” ujarnya.
HUT Sleman Jadi Simbol ‘Maju Bersama’
Bupati Harda Kiswaya mengajak seluruh ASN, pelaku usaha, dan masyarakat Sleman untuk menjadikan momen HUT ke-109 sebagai simbol “maju bersama”. Tak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi daerah melalui industri kreatif tekstil berbasis warisan budaya.
“Situasi ekonomi saat ini menuntut kita untuk saling menguatkan. Ini saatnya batik dan lurik Sleman tampil sebagai kekuatan ekonomi baru,” jelas Bupati Sleman Harda Kiswaya. (*)
Tinggalkan Balasan