Meriah, Festival Telaga 2025 di Gunungkidul, Ribuan Warga “Ngedrek” di Telaga Demi Selamatkan Warisan Leluhur

KABARSEMBADA.COM, GUNUNGKIDUL – Suasana di Padukuhan Dondong, Kalurahan Jetis, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, mendadak gegap gempita. Ribuan warga tumplek blek di tepian Telaga Dondong, mengikuti Festival Telaga 2025, acara pertama yang digelar demi menyelamatkan warisan alam dan budaya yang hampir terlupakan.

Mengusung tema “Telaga: Heritage Hidup dan Menghidupi”, festival ini bukan sekadar pesta rakyat, tapi wujud nyata gotong royong untuk merevitalisasi sumber air legendaris. Sejak Sabtu (26/4/2025), acara telah dibuka dengan Camping Ekologi, Pentas Musik Lestari, Workshop Wayang Kardus, hingga Pasar Kuliner Warga. Puncaknya, Minggu pagi (27/4/2025), ratusan warga kirab membawa gunungan palawija menuju Telaga Dondong dan menggelar upacara adat Merti Telaga sebagai tanda syukur atas berkah sumber mata air.

Tradisi paling ditunggu-tunggu adalah Ngedrek – ritual unik menginjak-injak dasar telaga bersama-sama untuk memadatkan tanah, memperlambat resapan air ke dalam perut bumi. Mulai dari anak-anak, pemuda, hingga para sesepuh larut dalam keceriaan prosesi ini, termasuk Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih yang turut turun ke tengah telaga!

“Telaga ini tinggalan leluhur panjenengan. Meskipun air PDAM sudah masuk, telaga tetap harus kita jaga bersama,” tegas Bupati Endah di hadapan warga.

Festival ini digagas oleh kolaborasi warga Dondong, Komunitas Resan Gunungkidul, Ikatan Pemuda Pemudi Dondong (IPPD), serta mahasiswa UGM dan Sanata Dharma. Kepala Dukuh Dondong, Wagirin, 47 tahun, menceritakan perjuangan panjang membangkitkan kembali Telaga Dondong yang mulai mengering 15 tahun terakhir.

Momentum kebangkitan bermula dari upacara 17 Agustus 2024 lalu. Dari sana lahir ide untuk membangun ulang fungsi telaga dengan metode sederhana: menebar pupuk kompos, tanah liat, dan kotoran ternak ke dasar telaga agar lebih kedap air.

“Telaga ini bukan cuma sumber air, tapi juga identitas dan kebanggaan kami,” ungkap Wagirin penuh semangat.

Senada, Ketua Komunitas Resan, Edi Padmo, menyebut metode tradisional ini cocok dengan kondisi geografis karst Gunungkidul, di mana tanah mudah menyerap air. Menurut Edi, dari 359 telaga alami di Gunungkidul, sebagian besar kini dalam kondisi kritis dan perlu aksi nyata.

Ngedrek: Tradisi yang Menghidupkan dan Menghidupi

Kabupaten Gunungkidul, sebagai kawasan karst terbesar di Indonesia, memang memiliki tantangan berat dalam menjaga ketersediaan air. Prosesi ngedrek menjadi salah satu solusi lokal untuk mempertahankan air di permukaan.

Dalam Festival Telaga 2025, suara tawa anak-anak, semangat para pemuda, hingga sorak sorai para orang tua mengiringi aksi mereka menari di dalam lumpur. Bahkan, banyak warga yang sambil mencari ikan dengan serok dan jaring, menambah keseruan festival yang sarat makna ini.

Tak hanya tentang melestarikan alam, ngedrek juga menjadi momen menguatkan ikatan sosial warga.

Festival Telaga Dondong 2025 bukan tujuan akhir. Menurut Edi Padmo, acara ini dirancang sebagai model yang akan digilir ke telaga-telaga lain di Gunungkidul.

“Tahun depan, biar pemuda Dondong yang lanjutkan festival di sini. Komunitas Resan akan lanjut ke telaga lain,” ucap Edi optimis.

Dengan konsep festival keliling, diharapkan semakin banyak telaga yang kembali hidup dan menghidupi masyarakat sekitarnya. Festival Telaga bukan hanya soal air, tapi tentang menjaga warisan, membangun kesadaran, dan merawat harapan agar Gunungkidul tetap hijau dan sejahtera. (*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *