KABARSEMBADA.COM, SLEMAN – Nama Kaliurang yang selama ini identik dengan wisata alam sejuk dan ramah keluarga di Lereng Merapi mendadak jadi kontroversi usai dicatut sebagai merek minuman keras (miras). Publik Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pun langsung bergejolak, mengecam keras penggunaan nama tersebut yang dinilai merusak citra dan nilai-nilai lokal.
Penolakan itu datang dari berbagai pihak, terutama warga dan pelaku wisata di kawasan Kaliurang. Nama yang semestinya menjadi simbol edukasi, konservasi, dan pariwisata bersih, kini tercoreng oleh produk beralkohol yang viral di media sosial.
“Kami Tersinggung dan Tersakiti!,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kaliurang, Beja Wiryanto, menjadi salah satu tokoh yang menyuarakan penolakan paling lantang.
“Kami merasa tersinggung dan tersakiti. Penggunaan nama Kaliurang sebagai merek miras adalah bentuk penghinaan terhadap perjuangan kami menjaga kawasan ini tetap sehat, aman, dan bermartabat,” tambah Beja, Selasa (22/4/2025).
Menurut Beja, nama Kaliurang bukan sekadar lokasi wisata, melainkan bagian dari identitas masyarakat di dua dusun: Kaliurang Barat dan Kaliurang Timur, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman.
“Ini bukan soal izin usaha semata, ini soal harga diri dan marwah masyarakat,” tambah pria yang juga dikenal sebagai pelaku usaha kuliner tradisional di kawasan tersebut.
Yang membuat warga makin naik pitam, dalam salah satu video promosi miras tersebut, terlihat seorang warga yang disebut-sebut berasal dari Kaliurang ikut memasarkan produk tersebut. Hal ini dianggap sebagai “pengkhianatan” terhadap nilai yang dijaga komunitas setempat.
“Ini bukan cuma masalah branding, tapi soal moral. Kami benar-benar kecewa,” tegas Beja.
Penolakan serupa dilontarkan Farchan Hariem, Ketua Forum Masyarakat Kaliurang dan Sekitarnya (FORMAKs). Ia mengaku langsung menerima puluhan keluhan dari warga begitu video miras berlabel “Kaliurang” menyebar di media sosial.
“Ini menyakiti banyak orang. Kami sudah kirim surat resmi ke Pemkab Sleman sebagai bentuk sikap tegas,” ujarnya.
Farchan menilai, pencatutan nama Kaliurang berpotensi menurunkan kepercayaan wisatawan dan mencoreng identitas daerah yang selama ini dikenal bersih dan aman bagi anak-anak serta keluarga.
Bupati Sleman Angkat Suara: Kami Menolak Keras!
Bupati Sleman, Harda Kiswaya, akhirnya turut buka suara. Dalam pernyataan resminya, ia menolak tegas penggunaan nama Kaliurang sebagai merek minuman keras.
“Kami sangat keberatan. Nama Kaliurang tidak layak dan tidak pantas dijadikan merek produk minuman beralkohol,” tegas Harda.
Bupati Harda menegaskan, Kaliurang adalah ikon wisata dan pendidikan, bukan sekadar nama geografis. “Harus ada batas dalam berbisnis. Ini menyangkut identitas budaya, dan kami akan jaga itu,” tandasnya.
Kemarahan warga meluas ke jagat maya. Warganet mendesak pihak berwenang untuk mengambil tindakan tegas terhadap produsen dan pihak-pihak yang mempromosikan miras dengan nama “Kaliurang”.
Banyak yang menganggap pencatutan nama daerah untuk kepentingan komersial, terutama pada produk sensitif seperti alkohol, harus dihentikan agar tidak menjadi preseden buruk bagi wilayah lain. (*)
Tinggalkan Balasan