KABARSEMBADA.COM, BANTUL – Kejuaraan pacuan kuda bergengsi bertajuk BNI Indonesia’s Horse Racing: Triple Crown Serie 1 dan Pertiwi Cup 2025 sukses mengguncang Lapangan Pacu Kuda Sultan Agung, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu–Minggu (19–20 April 2025). Meski terkendala infrastruktur, gelaran ini justru menuai perhatian luar biasa dari masyarakat. Tercatat, lebih dari 20 ribu penonton memadati arena pacu kuda selama dua hari penyelenggaraan.
Tak tanggung-tanggung, sebanyak 200 ekor kuda pacu dari berbagai penjuru Indonesia beradu kecepatan dalam event ini.
Ketua Umum Pengurus Pusat PORDASI periode 2024–2028, Aryo Djojohadikusumo, mengakui membludaknya antusiasme penonton menjadi tantangan tersendiri bagi panitia.
“Jumlah penonton luar biasa, lebih dari 20 ribu orang. Kami sampai harus membagi acara jadi dua hari. Sabtu digelar 2–3 race, hari Minggu ada 28 race dengan total 170 ekor kuda,” ungkap Aryo di sela acara.
Namun, Aryo juga menyoroti persoalan krusial yang masih membayangi: keterbatasan infrastruktur pacuan kuda di Indonesia. Salah satu kendala utama adalah jumlah kandang yang tak mencukupi. Sejumlah garasi bahkan terpaksa disulap menjadi tempat penampungan sementara bagi para kuda peserta.
“Antusiasmenya sangat tinggi, tapi fasilitas belum memadai. PORDASI saat ini berfokus membenahi infrastruktur agar kejuaraan seperti ini bisa rutin digelar, bahkan kami ingin pacuan kuda kembali hadir di Jakarta,” imbuh Aryo.
Peserta dari 7 Provinsi, UMKM Panen Transaksi Digital
Para peserta datang dari berbagai kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Garut, Salatiga, Pasuruan, Kediri, hingga Sulawesi Utara. Tak hanya soal pacuan, even ini juga menjadi ajang pemberdayaan ekonomi lokal. Tercatat, sebanyak 500 pelaku UMKM ikut ambil bagian, dengan lebih dari 1.500 transaksi digital terjadi selama acara berlangsung.
Direktur Consumer Banking BNI, Corina Leyla Karnalies, menilai partisipasi UMKM dalam kejuaraan ini bukan hanya soal omzet, melainkan langkah awal menuju digitalisasi ekonomi.
“Yang penting mereka mulai mencoba dan membiasakan diri menggunakan transaksi digital. Rata-rata satu UMKM sudah melakukan minimal dua kali transaksi digital,” jelas Corina.
Tak hanya para pembalap dan pemilik kuda yang antusias, para penonton pun larut dalam kemeriahan. Rizky, 27 tahun, penonton asal Sleman, mengaku baru pertama kali menyaksikan pacuan kuda secara langsung dan terkesan dengan atmosfernya.
“Luar biasa sih, beneran kayak di film. Sorakan penonton, derap kaki kuda, itu semua bikin merinding. Seru banget, mudah-mudahan tahun depan bisa lebih besar lagi,” ujarnya dengan mata berbinar.
Sementara itu, Nadira, 24 tahun, mahasiswi asal Yogyakarta yang datang bersama teman-temannya, juga tak kalah takjub.
“Aku kira awalnya cuma acara olahraga biasa, tapi ternyata ini mewah dan ramai banget. Banyak booth UMKM juga, bisa belanja sambil nonton pacuan. Ini pengalaman pertama yang berkesan banget!” kata Nadira, yang tampil stylish dengan topi fedora ala penonton pacuan kuda di luar negeri.
Kejuaraan ini menjadi bagian dari rangkaian besar bertajuk The Race of Rising Stars 2025, yang diorganisir oleh SARGA.CO dan disponsori penuh oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sebagai title sponsor. Dengan menggabungkan olahraga prestisius dan pemberdayaan ekonomi, acara ini membuktikan bahwa pacuan kuda masih punya tempat istimewa di hati masyarakat. (*)
Tinggalkan Balasan