KABARSEMBADA.COM, KLATEN – Perayaan Grebeg Syawal di Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten kembali menyedot perhatian ribuan masyarakat pada Senin (7/4/2025). Tradisi tahunan yang dikenal dengan nama Grebeg Syawal 1000 Ketupat ini menjadi magnet budaya sekaligus momentum silaturahmi warga usai Idulfitri.
Sejak pagi, kawasan wisata Bukit Sidoguro sudah dipadati warga yang datang dari berbagai penjuru Klaten dan sekitarnya. Mereka antusias mengikuti rangkaian acara yang menggabungkan unsur religi, budaya, dan hiburan ini.
Diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten, Grebeg Syawal 1000 Ketupat bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk pelestarian budaya sekaligus perwujudan semangat kebersamaan di momen lebaran.
Tahun ini, acara mengusung tema ‘Ngapura Dina Riyaya, Pinangka Wujud Budaya Bangsa’ yang berarti memaafkan di hari raya sebagai wujud budaya luhur bangsa.
Kirab Gunungan Ketupat Jadi Sorotan
Sorotan utama perayaan ini adalah kirab 23 gunungan ketupat yang diarak menuju panggung utama di puncak bukit. Sebanyak 20 gunungan berasal dari dukungan berbagai instansi dan perusahaan, seperti BPJS Kesehatan, RSU Aisyiyah Klaten, RSU Diponegoro Dua Satu, dan Perumda Tirta Merapi. Tiga lainnya dipersembahkan langsung oleh instansi di bawah naungan Pemkab Klaten.
Gunungan-gunungan ini berisi ratusan ketupat yang nantinya akan dibagikan kepada pengunjung. Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, secara simbolis menyerahkan ketupat kepada warga, didampingi Kepala Disbudporapar, Sri Nugroho, dan jajaran pejabat daerah.
Ketupat Gratis dan Rebutan Jadi Magnet Utama
Sebanyak 1.000 ketupat lengkap dengan lauk khas lebaran seperti opor ayam dan sambal goreng dibagikan secara gratis melalui sistem kupon. Puncak acara ditandai dengan rebutan ketupat dari gunungan yang berlangsung meriah namun tetap tertib. Ribuan warga, terutama ibu-ibu, antusias berebut ketupat yang dipercaya membawa berkah.
“Tradisi ini adalah warisan leluhur yang harus dijaga. Selain mempererat silaturahmi, juga menjadi identitas budaya Klaten,” ujar Sri Nugroho usai acara.
Meski berlangsung riuh, suasana tetap aman dan penuh sukacita. Nilai gotong royong dan toleransi tetap dijaga meski dalam momen rebutan.
Hiburan Rakyat Lengkapi Kemeriahan
Usai prosesi rebutan ketupat, panggung hiburan dimeriahkan oleh Orkes Dangdut Gaya Jadul (ODGJ) ‘Sinar Djaya’ dari Kediri. Musik dangdut klasik dari era 80-an dan 90-an mengalun, mengajak warga berjoget bersama, menambah kehangatan suasana lebaran.
Bupati Hamenang mengungkapkan rasa syukurnya atas tingginya partisipasi masyarakat. Ia menekankan bahwa Grebeg Syawal bukan hanya agenda budaya, tetapi cerminan jati diri masyarakat Klaten yang harus diwariskan kepada generasi muda. (*)
Tinggalkan Balasan