KABARSEMBADA.COM, YOGYAKARTA – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus mendorong kesejahteraan perempuan pekerja informal, termasuk buruh gendong di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2025, sebanyak 150 buruh gendong menerima layanan cek kesehatan gratis dan paket sembako sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kelompok pekerja ini.
Acara pemeriksaan gratis yang berlangsung pada Sabtu (8/3/2025) di Ruang Nusa Indah, Lantai 3 Pasar Beringharjo. Turut dihadiri yaitu Wakil Ketua Komisi X DPR RI Maria Yohana Esti Wijayanti dan Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan buruh gendong yang selama ini berjuang di sektor informal.
Komitmen Pemkot Yogyakarta untuk Kesetaraan Gender
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya mereka yang bekerja di sektor informal.
“Perempuan adalah bagian penting dari masyarakat. Kami ingin memastikan mereka mendapatkan kesejahteraan dan hak yang sama,” ujar Wawan yang juga Wakil Ketua Kadin DIY ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Maria Yohana Esti Wijayanti menyatakan bahwa momentum Hari Perempuan Internasional harus menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap perempuan pekerja informal.
“Perempuan harus mendapatkan perhatian lebih, baik dari segi kesejahteraan ekonomi, kesehatan, maupun perlindungan hukum. Kebijakan yang ada harus benar-benar berpihak kepada mereka,” kata Esti.
Esti juga menambahkan bahwa kesejahteraan perempuan yang lebih baik dapat membantu menekan angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan seksual. Oleh karena itu, pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang mendukung perempuan agar lebih mandiri dan berdaya.
“Buruh gendong adalah simbol perempuan tangguh. Kita harus memastikan mereka mendapatkan hak-hak yang layak,” jelas politisi PDI Perjuangan ini.
Kondisi Buruh Gendong Semakin Sulit di Tengah Sepinya Pasar
Sri Wahyuni, 53 tahun, seorang buruh gendong yang telah bekerja di Pasar Beringharjo sejak 1992, mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan yang diberikan. Namun, ia juga menyoroti kondisi pasar yang semakin sepi sehingga berdampak pada penghasilannya.
“Dulu pasar selalu ramai, tapi sekarang berbeda. Penghasilan kami tidak menentu, kadang cukup, kadang tidak. Kami bergantung pada pelanggan tetap atau pengunjung yang butuh jasa kami,” ujar Sri.
Menurutnya, saat kondisi Pasar Beringharjo sedang ramai, ia bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp50.000 hingga Rp60.000 per hari setelah dikurangi biaya operasional. Namun, dalam kondisi Pasar Beringharjo yang sepi, penghasilannya bisa jauh di bawah angka tersebut.
Harapan Buruh Gendong terhadap Pemerintah
Meskipun bantuan sembako dan layanan kesehatan gratis sangat membantu, Sri berharap Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan dasar buruh gendong yang ada di Pasar Beringharjo. Salah satunya adalah penyediaan fasilitas toilet gratis yang layak di pasar dan pengakuan formal terhadap profesi mereka.
“Kami para buruh gendong Pasar Beringharjo butuh fasilitas yang lebih baik, seperti toilet gratis dan tempat istirahat. Selain itu, pengakuan dari pemerintah akan sangat berarti bagi kami,” tambah Sri. (*)
Tinggalkan Balasan